Pecahan Gerabah Diduga Peninggalan Era Majapahit Ditemukan di Keputren Pleret
infoPleret - Sebuah fragmen gerabah yang diduga merupakan wadah air peninggalan era Kerajaan Majapahit ditemukan di Situs Keputren, Bantul, DIY, Rabu (5/9).
Penemuan ini merupakan hasil penggalian dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY melalui Tim Ekskavasi Situs Keputren Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret di lahan pribadi milik warga setempat.
Dalam keterangan resmi Humas Pemda DIY, fragmen gerabah yang diduga adalah wadah air tanpa tutup berukir peninggalan Majapahit pada abad ke-13 ini ditemukan pada salah satu kotak area ekskavasi.
Dugaannya, area itu merupakan saluran air kuno yang sudah tidak utuh itu berasal dari abad 17 atau era Kerajaan Mataram Islam.
Walaupun sudah hancur, karakter motif hias bercirikan era Majapahit kuno masih nampak jelas dan menonjol ukirannya. Wadah air terbuka kuno ini memiliki diameter sekitar 50 centimeter dan diperkirakan biasa digunakan kalangan bangsawan kala itu.
Peneliti Pusat Riset Arkeologi, Prasejarah dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Hery Priswanto mengatakan ekskavasi yang dilakukan di Situs Keputren ini adalah rangkaian akhir dari penelitian Disbud DIY pada periode 2023.
Kata Hery, Tim Ekskavasi Keputren menemukan sejumlah data arkeologi yang signifikan.
Salah satunya arsitektur monumental berwujud struktur bata. Beberapa strukturnya dibangun menggunakan batu andesit yang berasal dari batuan candi berornamen. Temuan serupa pernah dijumpai di Situs Kerto dalam penelitian sebelumnya.
Dua struktur
Hery menuturkan Tim Ekskavasi Situs Keputren mendapatkan temuan dua struktur.
Pertama, struktur pondasi berbahan bata dari sebuah tembok yang membujur dari timur ke barat selebar kurang lebih 70 centimeter.
Kedua, struktur yang diduga sebagai saluran air dengan orientasi utara-selatan. Di struktur kedua inilah ditemukan artefak fragmen kuno berupa wadah-wadah atau tempat air yang sudah tidak utuh.
Wadah-wadah air ini sangat bervariasi, ada yang tertutup dan terbuka. Wadah air yang tertutup banyak ditemukan berupa pecahan dari kendi, kemudian wadah air terbuka dengan ukiran yang ditempel.
"Yang menarik selama saya melakukan penelitian di Pleret sejak 2007 lalu, temuan ini baru sekali berupa wadah air terbuka dengan ornamen yang mirip dengan ornamen yang saya jumpai di Trowulan Mojokerto, sehingga ada kemiripan dengan era Kerajaan Majapahit," papar Hery.
"Artinya keberadaan artefak ini dimiliki bukan orang sembarangan. Keputren sendiri merupakan sebuah pemukiman Pleret yang digunakan para putri raja dan selirnya."
"Dengan temuan artefak berupa wadah-wadah air kemudian struktur ini bisa menjawab bahwa Keputren ini punya peran dan nilai penting serta bagian dari Keraton Pleret yang pernah ada pada abad 17," sambungnya.
Masalah lahan
Temuan artefak fragmen kuno yang monumental dan signifikan ini selanjutnya didata dan diserahkan kepada Disbud DIY untuk disimpan di Museum Pleret.
Adapun area lahan yang digunakan sebagai lokasi ekskavasi merupakan lahan milik warga bernama Parjinem dan belum dibebaskan Disbud DIY hingga saat ini.
Tim Ekskavasi Situs Keputren hanya diberikan kesempatan untuk melakukan penelitian dan setelah selesai akan ditutup atau ditimbun tanah kembali demi alasan keamanan serta pelestarian.
"Harapan kami jika lahan situs ini sudah dibebaskan akan menambah satu klaster lagi yang ada di KCB Kerto-Pleret seperti klaster Masjid Kauman, Klaster Kerto, Klaster Kedaton dan kemungkinan bisa menambah Klaster Keputren, jelas Hery.
"Di Pleret ini juga dijumpai cepuri beteng dalam dan ternyata keberadaan situs Keputren ini berada di sisi utara dari cepuri," sambungnya.
Hery mengungkapkan ekskavasi situs Keputren diawali sekitar tahun 1980 setelah salah seorang warga mengangkat tiga batu andesit di area yang kini menjadi lokasi penelitian. Selain itu banyak pula warga yang menggali batu bata merah di kawasan tersebut.
Â
Sumber : CNN IndonesiaÂ
Link artikel :Â
Kirim Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui Admin