Deskripsi Situs di Kawasan Pleret

17 Oktober 2021
Rifqi Fatoni
Dibaca 809 Kali
Deskripsi Situs di Kawasan Pleret

DESKRIPSI SITUS DI KAWASAN PLERET

 

1. SITUS CAGAR BUDAYA KERTA

Situs Cagar Budaya Kerta terletak di Dusun Kerto, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Situs Cagar Budaya Kerta atau Situs Kerta merupakan salah satu situs penting bekas kerajaan Mataram Islam di bawah kepemimpinan Sultan Agung. Menurut data yang tertulis dalam Babad Momana, disebutkan bahwa Kraton Kerta dibangun pada tahun 1539 J atau 1617 Masehi.

Dilihat dari topografinya, Situs Kerta berada lebih tinggi ± 1-1,5 meter dari tanah di sekitarnya, sehingga oleh masyarakat sekitar menyebutnya dengan “Lemah Dhuwur”.

Situs yang terletak tidak jauh dari Museum Sejarah Purbakala Pleret ini menyimpan peninggalan dua buah “Umpak” (stone base) yang terbuat dari batu andesit. Ukuran umpak cukup besar, yakni 70x70 cm pada bagian permukaan atasnya, 85x85 cm pada bagian alasnya, dan 68 cm tingginya. Bagian tengah permukaanya, terdapat lubang persegi yang digunakan untuk menancapkan tiang kayu di atasnya. Pada umpak terdapat ragam hias berupa penyamaran huruf Arab atau stiliasi yang terdiri dari mim, kha, mim, dal. Jika rangkaian huruf Arab tersebut disatukan akan membentuk kata “Muhammad”.

Sebelum tahun 1970-an sebenarnya di Situs Kerto terdapat tiga buah umpak, kemudian salah satu umpak tersebut dipindahkan dan digunakan sebagai umpak saka guru Masjid Saka Tunggal di Taman Sari, Yogyakarta.

 

2. MASJID TAQORRUB

Masjid Taqorrub terletak di Dusun Kanggotan, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Menurut interpretasi hasil penelitian, posisi Masjid Taqorrub saat ini berdiri merupakan letak Masjid Kraton Kerto di masa Sultan Agung. Masjid ini pernah direnovasi oleh patih Kraton Yogyakarta yaitu Kanjeng Raden Adipati Danurejo VI pada tanggal 22 Agustus 1901. Hal tersebut tertera pada prasasti bertuliskan Jawa dan Arab di dinding masjid.

Bagian belakang masjid juga terdapat beberapa makam kuna. Salah satu makan kuna tersebut adalah Makam Kyai Kategan, yang merupakan imam besar masjid pada jaman dahulu.

 

3. SITUS CAGAR BUDAYA

KAUMAN-PLERED

Situs Cagar Budaya Kauman-Plered terletak di Dusun Kauman, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Dinas Kebudayaan

Daerah Istimewa Yogyakarta, Situs Masjid Agung Kauman ini dapat dipastikan sebagai lokasi dari bekas Masjid Agung Kraton Pleret. Sebagai masjid kerajaan, Masjid dengan nama lain Masjid Ngeksigondo ini diyakini berukuran besar serta berbentuk megah. Menurut Serat Babad Momana, Situs Masjid Agung Kauman Pleret dibangun pada tahun 1649 Masehi dengan luas 40x 40 meter.

Selain itu, menurut catatan Lons yang ditulis oleh Leemans (1855) bahwa dalam kunjungannya pada tanggal 13 Agustus 1733 dapat dilihatnya bahwa masjid tersebut memiliki 3 pintu di sebelah timur dan mempunyai serambi yang besar. Catatan tersebut juga disebutkan bahwa Masjid Agung Kauman Pleret mempunyai tembok keliling yang tebal dan tinggi.

Situs yang terletak ±500 meter di sebelah utara Museum sejarah Purbakala Pleret ini banyak dijumpai temuan yang berupa komponen masjid kuna Jawa yang terbuat dari bahan batu bata, batu putih atau tuff, dan batu andesit. Temuan tersebut diantaranya mihrab, umpak, beberapat struktur penyangga umpak, dan benteng.

Yang menarik dari masjid tersebut adalah, masjid ini memiliki umpak yang bentuknya berbeda dengan umpak yang ditemukan di sekitar Pleret dan Kerto. Umpak di Masjid Agung Kauman Pleret ini berbentuk bundar dengan berbagai ukuran. Di situs ini seharusnya terdapat 36 buah umpak, namun yang dapat ditemukan hanya 25 buah saja.

 

4. SUMUR GUMULING

Lokasi yang ditandai dengan toponim Sumur Gumuling ini merupakan salah satu Situs Cagar Budaya Kedaton yakni Sektor Sumur Gumuling. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, di Situs Cagar Budaya Kedaton ini dipastikan sebagai lokasi Kraton Pleret, salah satu kraton kerajaan Mataram Islam dengan raja yang berkuasa adalah Susuhunan Amangkurat I (bertahta 1646-1677 Masehi). Secara administratif, Sektor Sumur Gumuling terletak di Dusun Kedaton, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sumur Gumuling merupakan salah satu sumber mata air di wilayah Kraton Pleret. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti sumur ini difungsikan untuk apa, namun ada yang menyebutkan bahwa air sumur ini digunakan untuk mensucikan pusaka-pusaka pada masa Kraton Pleret. Mitos lain yang berkembang di masyarakat juga menyebutkan bahwa sumur ini terhubung secara spiritual dengan Laut Selatan.

Saat ini keberadaan Sumur Gumuling menjadi bagian dari area Museum Purbakala Pleret. Lokasi yang berada di sekitar sumur ini juga pernah di ekskavasi dalam rangka pembangunan museum dan dinyatakan steril dari temuan arkeologis.

 

5. SITUS CAGAR BUDAYA KEDATON-PLERED (KEDATON I)

Situs Kedaton I yang terletak di Dusun Kedaton, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul ini berada di sebelah timur Museum Sejarah Purbakala Pleret. Situs ini telah melalui beberapa kegiatan ekskavasi, yaitu pada tahun 2009, 2012, 2013, dan terakhir pada tahun 2017.

Situs Kedaton berupa stuktur bangunan dengan bahan bata. Sedangkan temuan artefaktual sebagian besar adalah wadah yang terbuat dari tanah liat dan keramik berkualitas bagus.

Berdasarkan kuantitas dan kualitas data artefaktual yang berupa gerabah dan keramik tersebut diperoleh informasi bahwa Situs Kedaton merupakan situs pemukiman dengan masyarakat pendukung berstrata menengah ke atas dengan struktur masyarakat yang tertata dan teratur.

Temuan data monumental di Situs Kedaton semakin memperkuat interpretasi karakter Situs Kedaton sebagai lokasi Kraton Pleret.

 

6. SITUS CAGAR BUDAYA MAKAM RATU MALANG-PLERED

Kompleks Situs Cagar Budaya Makam Ratu Malang berada di atas bukit Gunung Kelir dengan ketinggian 99 mdpl di sebelah timur Desa Kedaton. Situs makam ini terletak di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Kompleks makam ini dibangun dengan nama Antaka Pura yang berarti Istana Kematian. Pembangunan makam dimulai pada masa pemerintahan Kraton Pleret yakni Susuhunan Amangkurat Agung (Amangkurat I).

Pada kompleks makam ini terdapat 28 nisan yang dikelompokkan menjadi 3 lokasi, yaitu 19 nisan berada di halaman depan, 1 nisan berada di halaman belakang, dan 8 nisan berada di halaman inti. Tokoh yang dimakamkan di kompleks ini salah satunya adalah Ratu Mas Malang. Ratu Mas Malang merupakan istri dari Susuhunan Amangkurat Agung. Makam Ratu Mas Malang terletak di halaman inti kompleks. Sedangkan 1 nisan di halaman belakang adalah makam Ki Dalang Panjang Mas, salah seorang dalang yang populer pada masa tersebut.

Situs Makam Ratu Malang dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari batu putih (tuff). Adapun jirat makam dibuat dari batu andesit dengan rincian berbentuk jajaran genjang dan 14 buah berbentuk kurung kurawal. Sisanya yang berupa tumpukan batu putih tidak mempunyai jirat.

 

7. SEGARAYASA

Segarayasa terletak di sebelah tenggara Kraton Pleret. Berdasarkan struktur katanya, Segarayasa berasal dari kata ‘segara’ yang artinya lautan dan ‘yasa’ yang artinya buatan. Jadi Segarayasa adalah lautan yang sengaja dibuat. Pembangunan Segarayasa dimulai pada masa Sultan Agung, kemudian dilanjutkan hingga masa Amangkurat I, dengan cara membendung Sungai Opak sehingga didapatkan danau yang luas yang menyerupai lautan.

Pada masa pemerintahan Kraton Pleret, Segarayasa merupakan tempat yang digunakan untuk sarana rekreasi. Namun, beberapa sumber menyebutkan bahwa Segarayasa juga sering digunakan untuk latihan perang.

 

8. SITUS PUNGKURAN

Bukti-bukti bahwa Pleret merupakan bekas suatu kerajaan salah satunya dibuktikan dengan adanya toponim nama-nama dusun di sekitar Pleret. Toponim adalah nama wilayah yang menggambarkan sesuatu pada masa lalu. Salah satu toponim di Pleret adalah Dusun Pungkuran.

Nama Pungkuran muncul karena wilayah ini berada di belakang benteng Kraton Pleret, dalam istilah Jawa nya disebut ‘mungkuri” atau membelakangi Kraton. Situs yang ditemukan di Dusun Pungkuran berupa merupakan benteng keliling bagian dalam dari Kraton Pleret atau disebut juga dengan Benteng Cepuri. Berdasarkan peta kuna, keliling dari benteng cepuri tersebut adalah 2256 m, mengelilingi area Kraton Pleret. Sedangkan menurut Babad Sengkala, benteng tersebut terbuat dari bata merah, dengan bagian pumcaknya terdapat hisasan yang terbuat dari batu putih.