Warga Kedaton Isi Momentum Idul Fitri dengan Halal Bihalal

01 Juli 2018
TSALIS NUR SHOLIKHAH
Dibaca 312 Kali
Warga Kedaton Isi Momentum Idul Fitri dengan Halal Bihalal

infoPleret- Tradisi positif Umat Islam Indonesia setiap kali merayakan Idul Fitri selalu mewarisi semangat halal bi halal. Menyapa keluarga, sahabat dan kenalan. Dan saling memaafkan untuk segala dosa dan kesalahan yang menyakiti hati sesama. Demikian juga yang dilakukan oleh Umat Muslim Dusun Kedaton di Masjid Baitussalam, Sabtu (30/06). Hadir dalam kesempatan tersebut, Dukuh Kedaton, tokoh masyarakat, dan seluruh warga masyarakat Dusun Kedaton. 

Pada acara tersebut, diisi dengan siraman rohani oleh Ustadz Nedi dari Bantul. Beliau menyampaikan terkait 3 amal sholeh yang mengantarkan kita ke surga. Surga adalah sebuah tempat di akhirat yang penuh dengan keindahan dan kedamaian. Tiada bandingan dengan kehidupan duniawi yang kini telah tersedia. Allah SWT dalam sebuah hadis qudsi menegaskan, “Telah Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang (keindahannya) belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah tergerak pikiran/khayalan hati manusia.” (HR. Muslim). Jalan ke surga itu ada dua macam. Ada yang mulus tanpa melalui pemeriksaan (bighairi hisab) dan ada pula yang harus melalui pemeriksaan. Bahkan, mampir ke neraka dulu meski harus tetap dalam koridor mukmin dan beramal soleh. Tanpa dua bingkai ini, dapat lolos ke surga sebagaimana diisyaratkan dalam hadis qudsi tersebut bahwa surga hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang saleh. Di hadis lain, Rasulullah SAW juga menjelaskan kreteria atau syarat dari hamba yang saleh, penghuni surga dengan jalan mulus. Hadis riwayat Muslim itu mensyaratkan tiga hal.

Pertama, Afsyaus salam (menyebarkan salam). Selain bermakna sering mengucapkannya, juga bermakna pada sikap dan perbuatan yang membawa pada kedamaian, kerahmatan, dan keberkahan.

Kedua, ith'amuth tha'am (memberi makan orang yang memerlukannya) yaitu fuqaha wal masakin, baik makanan itu berasal dari dirinya sendiri atau sekedar menyalurkan makanan orang lain.

Ketiga, shalatul lail wannaasun yanamun (shalat malam di saat orang lain sedang tidur). Shalat itu adalah shalat tahajjud yang mengantarkan untuk berkomunikasi langsung kepada Allah dan mendoakan bagi keselamatan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas di dunia ini dan akhirat kelak.

Di tengah malam itulah ada waktu mustajabatu do’a (terkabulnya do’a), karena saat itu Allah sendiri yang menyaksikan hamba-hamba-Nya ber-munajat. Ketiga hal tersebut selayaknya dilakukan secara kontinyu, bukan temporer karena terhalang keperluan duniawi. Sebab, amalan yang sangat dicintai Allah adalah karena keajegannya (dawamuha). Hal seperti itulah yang dicontohkan Rasulullah SAW sebagaimana seringkali beliau bersabda bahwa Allah mencintai amalan yang kontinyu meski sedikit. Allah kurang menyukai hamba-Nya yang beramal tak menentu kendati ketika beramaal soleh dalam jumlah banyak. Insya Allah dengan melaksanakan ketiga hal tersebut kita akan dapat menapak jalannya orang-orang saleh, mereka yang akan menempuh perjalanan ke surga dengan mulus. Selama masa penantian di alam dunia ini, mereka yang tergolong orang-orang saleh adalah manusia yang dibutuhkan untuk membawa kepada keamanan, keberkahan, dan kedamaian. Hiruk-pikuk bangsa yang terancam dengan berbagai kekacauan dan disintegrasi ini sedikit banyak akan teratasi lewat kehadiran orang-orang yang saleh di negeri ini. Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang saleh dan membawa kedamaian bagi bangsa ini.